Optimis dan Yakin, Koalisi Partai Non Parlemen di Kudus Targetkan 60 Persen Kemenangan Pilkada 2024

Kudus – suryanasional.com – Ratusan pengurus koalisi lima partai non parlemen di Kudus menggelar konsolidasi akbar yang bertempat di Desa Panjang, Kecamatan Bae, Kabupaten Kudus pada Jum’at, 20 September 2024 malam.

Petinggi Partai yang turut hadir dalam pertemuan tersebut yakni partai Perindo : KRT. Susanto, partai Gelora: diwakili Bintang, ketua PBB: Purna Irawan, ketua partai Garuda: Sumarno, dan ketua partai Buruh: Yopi Priambudi, juga hadir ketua Partai Demokrat Mardinanto, Mukhlisin partai Golkar, dan juga Partai PSI Anton.

Selain didatangi petinggi partai, turut hadir pula Pasangan Calon Bupati dan wakil Bupati Kudus Hartopo-Mawahib, serta ratusan tamu Undangan lainnya perwakilan dari beberapa Kecamatan di Kabupaten Kudus.

koordinator koalisi lima partai non parlemen sekaligus Ketua Partai Perindo KRT Susanto mengatakan, Pemilihan kepala daerah (Pilkada) serentak sudah didepan mata. Dimana pelaksanaan Pilkada tanggal 27 November 2024 Insya Allah targetkan menang 60 persen.

“Koalisi akbar lima partai non parlemen menargetkan perolehan suara di Kabupaten Kudus pasangan Hartopo-Mawahib minimal 60 persen,” katanya.

Petinggi partai yakni partai Perindo : KRT. Susanto, partai Gelora: diwakili Bintang, ketua PBB: Purna Irawan, ketua partai Garuda: Sumarno, dan ketua partai Buruh: Yopi Priambudi (Foto:AD)

Pihaknya optimis bisa meraih target tersebut, mengingat semangat dan solidnya para pengurus dan kader partai koalisi yang hadir pada malam hari hari ini.

“Kompak dan solidnya para pengurus dan kader partai koalisi yang hadir pada malam ini menambah keyakinan kami akan dapat meraih kemenangan Pemilukada Kudus pasangan Hartopo-Mawahib,” tegasnya.

Tadi juga dikatakan oleh paslon Hartopo-Mawahib setiap hari membentuk tim relawan disetiap desa hingga koordinator RT se-Kabupaten Kudus yang diperkirakan nanti berjumlah 23 ribu. Jadi para pengurus partai non parlemen menyatu dengan tim yang ada di tim Kecamatan maupun di Desa.

“Ini membuktikan keseriusan masyarakat Kudus untuk memilih pak Hartopo-Mawahib untuk menjadi Bupati Kudus 2024-2029,” pungkasnya.

Sedangkan, Paslon Bupati dan Wakil Bupati, HM Hartopo yang didampingi Mawahib Afkar mengatakan, bahwa saya dan Mawahib berterima kasih atas kontribusi panjenengan semua. Ini merupakan bentuk militansi yang luar biasa, bukan hanya sekadar loyalitas, semua ini menjadi ladang amal ibadah bagi kita semua, tentu hal seperti ini yang tidak akan pernah kami lupakan selamanya.

Hartopo juga memanfaatkan momentum tersebut untuk meluruskan isu-isu yang beredar terkait Tunjangan Kesejahteraan Guru Swasta (TKGS) yang dipangkas di masa kepemimpinannya.

Ratusan Pengurus Partai Koalisi Non Parlemen Berkumpul Siap Menangkan Paslon Bupati-Wakil Bupati, Hartopo-Mawahib (Foto:AD)

Pihaknya menjelaskan bahwa pada tahun 2019, Pemkab Kudus mampu memberikan TKGS sebesar Rp 1 juta per bulan untuk setiap guru. Total anggaran yang dialokasikan Pemkab Kudus mencapai mencapai Rp 130 miliar.

Namun saat pandemi Covid-19 melanda pada tahun 2020, anggaran yang sudah direncanakan harus di refokuskan untuk penanganan pandemi, sehingga beberapa program mengalami rasionalisasi termasuk anggaran TKGS.

“Kedepan apalagi anggaran tambah besar dan PAD meningkat, honor TKGS akan kami kembalikan menjadi Rp 1 juta per orang per bulan, selama 5 tahun kedepan,” tegasnya.

Sementara itu, Mawahib Afkar menyoroti akan pentingnya dukungan dari partai non parlemen dalam menghadapi Pilkada Kudus 2024.

“Kami mengucapkan banyak terima kasih kepada para pengurus dan kader partai non parlemen Kudus yang secara bulat sepenuh hati mendukung kami” ujarnya.

Lebih lanjut Mawahib menambahkan, bahwa background saya dari santri, maka nilai-nilai dalam tradisi santri itu saya pegang teguh, jika kalau jabatan tidak boleh dicari, tapi jika mendapat dawuh (perintah) dari para kyai Kudus maka kita tidak boleh lari.

“Saya menerima amanah ini dari para kyai Kudus untuk mendampingi pak Hartopo menjadi wakilnya, dengan penuh tanggung jawab dan kesiapan untuk mengabdi kepada masyarakat Kudus,” tambahnya.

Dalam kepemimpinan Pak Hartopo kemarin dalam kondisi pandemi Covid-19 memaksa Pemkab Kudus harus melakukan langkah rasionalisasi untuk menyelamatkan nyawa warga Kudus.

Apa yang dilakukan oleh Hartopo waktu itu memang benar-benar dalam situasi yang sulit, ketika itu Kudus pernah zona merah, namun akhirnya bisa terlewati dengan baik. Bahkan menjadi Pilot Project di Indonesia bahwa Kudus menjadi Kabupaten yang bisa mengatasi pandemi Covid -19 dengan baik.

“Mau tidak mau memang harus seperti itu, nah sekarang pandemi Covid-19 sudah lewat, maka kedepan saya yang akan mengawal agar program-program tersebut tidak sebatas dilanjutkan, namun dikembalikan ke usulan awalnya,” terangnya.

Yang membedakan kami dengan calon sebelah adalah kalau pasangan Hartopo-Mawahib ini melanjutkan progam yang terdahulu, karena progam ini yang mengawali pada era Bupati Tamzil-Hartopo. Sedangkan dari calon sebelah adalah meniru istilahnya dari progam tersebut yang memang dirasa baik masyarakat.

“Perbedaan pasangan Hartopo-Mawahib dengan pihak lain adalah kita tinggal meneruskan apa yang telah menjadi progam pak Hartopo kembali 1 juta lagi dan akan berlangsung selama 5 tahun kedepan,” tandasnya. (AD)