Kudus – suryanasional.com – Pimpinan Cabang Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah Kudus mengadakan Seminar tentang lingkungan hidup dengan mengambil tema “Peran Mahasiswa dalam Menyikapi Problematika Lingkungan di Kudus” di Kedung Coffe 1 Turut jl. Singocandi, Gedangsewu, Singocandi, Kecamatan Kota Kudus, Sabtu (14/9/24).
Ratusan peserta dalam acara tersebut merupakan mahasiswa dari beberapa kampus di Kabupaten Kudus mulai dari UMKU, IAIN Kudus, dan UMK.
Turut hadir pula narasumber dari PT Djarum Foundation bidang bakti lingkungan Redi J Prasetyo sebagai Deputy Community Development Manager PT Djarum dan Rochim Sutopo dari Komisi C Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Kudus.
Rochim Sutopo, Ketua Komisi C DPRD Kudus, mengapresiasai kegiatan yang dilakukan mahasiswa muhammadiyah sebagai edukasi bagi mahasiswa sehingga bisa bekerja sama dengan narasumber PT Djarum.
“Dari kegiatan ini akan memberikan manfaat yang berkelanjutan sehingga mahasiswa bisa meningkatkan kapasitas mau belajar dan memberikan edukasi kepada masyarakat bagaimana cara mengatasi sampah di Kudus ini yang belum teratasi” katanya.
Pihaknya berupaya mengedukasi bagaimana mahasiswa peduli terhadap lingkungan Kabupaten Kudus tentang kebersihan terutama dalam mengatasi sampah.
“Harapannya habis acara ini mahasiswa bisa bersosialisasi kepada masyarakat terutama keluarganya kemudian merambah ke tetangga lingkungan sekitar tentang kepedulian kebersihan sampah sehingga masyarakat terinspirasi mengedukasi diri untuk menangani sampah yang ada di lingkungan menjadi bersih” ujarnya.
Selanjutnya pihaknya bekerja sama dengan pemerhati lingkungan terutama dari swasta yaitu PT Djarum akan memeberikan alat-alat untuk mengatasi pengelolaan sampah skala kecil supaya mahasiswa dan masyarakat bisa belajar untuk mengatasi sampah.
Sementara itu, Redi J Prasetyo sebagai Deputy Community Development Manager PT Djarum atau dari bidang bakti lingkungan Djarum Foundation memberikan paparan tentang sampah yang ada di Kabupaten Kudus dan perbandingan di Daerah lain yang sudah maju.
“Kami sudah bekerja sama dengan beberapa masyarakat dan rumah makan atau cafe untuk mengatasi sampah yang ada di Kabupaten Kudus terutama sampah yang organik” katanya.
Dalam teknisnya, kata Redi, dari pihak Djarum akan memberikan tong sampah yang kosong nanti masyarakat akan mengisi dengan sampah organik bukan non organik kemudian kalau penuh diambil dan akan diolah menjadi pupuk supaya mengurangi sampah yang ada di Kudus.
“Sedangkan untuk sampah non organik masyarakat bisa mengumpulkan bisa dikelola sendiri atau terkadang malah bisa dijual ke pengepul sampah jadi uang” ujarnya.
Pihaknya tidak mengambil yang non organik karena takut dikira memperkaya diri kerena bisa dijual dan pengelolaannya belum memadai bisa jadi kalau terkumpul dan terbakar berubah dzat yang beracun asapnya.
“Sampah yang non organik itu kalau dibakar jadi dzat yang berbahaya lho, hati-hati kalian yang bakar sampah non organik mending dikumpulkan nanti bisa dijadikan uang sedangkan untuk sampah yang organik mari kita kerjasama dan kami siap nampung bisa juga dikelola sendiri buat pupuk atau budidaya magot” ujarnya.
Pihaknya berpesan kepada peserta supaya menjaga lingkungan lebih baik dengan cara membuang sampah pada tempatnya, memilah sampah organik dan non organik, saling edukasi diri dan dan saling mengingatkan.
“Kalau di Negara Singapura itu negaranya bersih bahkan mau buang sampah itu cari tempat sampahnya, karena disana buang sampah sembarangan bisa didenda” tandasnya.
Harapanya dari edukasi kali ini, peserta bisa mensosialisasikan kepada masyarakat terutama lingkungan sekitar agar bisa menjaga kebersihan dari sampah dan bisa mengelola sampah dengan baik.
Disisi lain, ada peserta yang ingin belajar edukasi tentang budidaya magot yakni Yoga yang saat ini masih duduk dibangku kuliah semester 13. Pihaknya satu tahun yang lalu ingin belajar tentang magot.
“Melalui keresahan-keresahan pribadi melihat sampah-sampah organik dari jambu akhirnya satu tahun yang lalu pengen budidya magot, al hamdulillah saat ini dapat arahan dari temen budidaya magot” katanya.
Yoga berharap kedepannya komunitas mahasiswa atau pengelola budidaya magot bisa menjadi mitra atau kerjasama dengan Pemerintahan Kabupaten Kudus atau pihak swasta seperti PT Djarum. (AD)